"live is a choice"

Catatan

Sumpek

(Kisi, 04-09-2002)
Sudah beberapa lama kamarku tidak sempat kubersihkan. Ketika mau membersihkan selalu ada saja halangan. Akibatnya banyak barang tercecer dimana-mana. Mejaku penuh dengan kertas catatan, majalah, buku, disket, gelas, botol, dan sebagainya. Akibatnya aku tidak bisa menulis dengan nyaman. Aku harus menyingkirkan beberapa kertas baru bisa menulis. Ya aku baru sadar betapa penuhnya mejaku. Selama ini aku jarang menggunakan meja, sebab jarang menulis. Aku lebih banyak menggunakan komputer dari pada pena atau pinsil.

Aku singkirkan kertas-kertas makalah, coretan, proposal, undangan dan sebagainya ke bawah meja. Ternyata tidak menyelesaikan masalah. Bawah meja juga sudah penuh dengan kertas-kertas, diktat kuliah, dan surat-surat. Akhirnya setumpuk kertas aku letakan begitu saja di ujung kamar. Aku jengkel dengan diri sendiri. Betapa penuhnya kamartku. Diatas lemari dan bawah tempat tidur ada aneka kardus besar pembungkus barang. Kata orang jika menjual barang dan masih ada kardusnya maka harga barang itu masih cukup mahal, maka aku selalu menyimpan kardus-kardus itu. Agar tidak memenuhi ruang, maka kuletakan di atas lemari. Dalam lemari penuh dengan kertas, diktat kuliah, album foto, dan aneka barang lain. Aku baru sadar ternyata ruanganku sangat penuh. Mengapa aku tidak menyadarinya? Mungkin aku jarang menikmati isi kamar sehingga tidak sadar jika kamar ini sudah penuh.

Akhirnya aku putuskan harus berani membuang semua yang kuanggap tidak ada gunanya lain. Mulailah kerja bakti. Semua kerdus aku turunkan dari atas lemari. Aku tidak peduli apakah nanti kalau menjual barang harganya akan menjadi lebih rendah atau tidak.. Semua kertas, catatan, makalah, proposal, kartu, dan surat-surat aku keluarkan. Kulihat lagi semuanya. Aku bingung, sebab semua surat, kartu dan catatan mempunyai kenangan tersendiri. Setiap makalah mungkin suatu saat aku butuhkan. Aku sayang membuang semua ini. Tapi jika tidak dibuang maka kamarku akan tetap penuh. Berat memang. Tapi harus berani melakukan.

Sesaat setelah semua kubersihkan kamarku menjadi lebih longgar. Tapi aku tidak yakin apakah minggu depan masih tetap longgar seperti ini. Pasti minggu depan sudah berantakan lagi. Sudah banyak lagi barang yang tergeletak disana sini. Ya saat itu adalah saat kerja bakti lagi untuk membersihkan dan mengatur kembali.
Sambil duduk menikmati kamar yang bersih, aku membayangkan bahwa hati manusia tidak ubahnya seperti kamar ini. Hati manusia penuh dengan aneka peristiwa. Banyak peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan disimpan begitu saja dalam hati. Oleh karena keterbatasan ingatan manusia, maka banyak juga peristiwa yang dilupakan atau dibuang. Namun pada umumnya yang disimpan adalah sampah. Peristiwa yang membuat sakit hati, yang melukai pribadi. Ada dendam, kekecewaan, kemarahan, pengalaman pahit, dan aneka pengalaman traumatis yang bisa disimpan sampai bertahun-tahun bahkan sepanjang hidup. Akibatnya hatinya penuh dengan aneka sampah.

Teman-teman yang ada di rumah singgah juga mempunyai hati yang penuh dengan sampah. Akibatnya mereka menjadi kacau. Mereka tidak mampu mencintai diri sendiri apalagi orang lain. Karena dalam hatinya sudah berantakan, maka apa yang keluar dalam sikap hidupnya juga berantakan. Sering kali aku heran mengapa mereka bisa melakukan hal seperti itu. Mengapa mereka bisa bertindak sewenang-wenang, dan sebagainya. Mungkin hal ini disebabkan hati mereka penuh dengan sampah.

Apakah hati yang penuh dengan sampah hanya milik teman di rumah singgah? Apakah orang lain yang diluar rumah singgah hatinya telah menjadi lapang? Aku rasa tidak. Banyak orang menyimpan dendam, dosa, kemarahan dan sebagainya selama bertahun-tahun. Akibatnya hidup mereka sangat berat. Mereka sering melihat dunia sebagai tempat yang suram. Cepat marah, kecewa, putus asa, dan sebagainya. Mereka menjadi pribadi yang sulit dan kurang menyenangkan atau pribadi yang mudah menyerah. Tidak mempunyai semangat.
Mengapa tidak melakukan pembersihan? Mendekatkan diri kepada YME bisa menjadi salah satu sarana untuk membersihkan hati. Dalam pendekatan diri kepada Allah orang bisa mengungkapkan apa yang disembunyikan dari umum. Membuang segala sampah dari dalam hati. Selain itu juga pengampunan. Pengampunan tidak hanya pada orang lain tapi juga pada diri sendiri. Pada semua peristiwa yang menyakitkan hati. Hal ini memang tidak mudah, sebab kadang orang sulit membuang sampah. Seperti aku yang sayang membuang kardus dan aneka kertas yang sudah tidak berguna. Aku tahu bahwa barang ini sudah tidak kugunakan lagi, tapi karena aku terlekat pada peristiwa yang menyebabkan barang itu ada, maka aku tetap menyimpannya. Aku kuatir bahwa suatu saat akan membutuhkannya. Padahal jarang sekali aku membuka semua itu. Aku hanya menyimpan. Maka butuh keberanian untuk membuang. Melepaskan semua kenangan yang melekat pada barang itu. Banyak kejadian yang melekat dalam hati dan orang enggan melepaskannya. Seorang teman pernah termenung sedih selama beberapa hari sebab dia merasa salah dalam mengerjakan ujian. Mengapa dia harus bersedih? Bukankah kesedihan itu tidak akan mengubah nilai? Dia masih menyimpan sampah dalam hatinya. Mengapa tidak menyusun strategi belajar untuk ujian esok?

Ketidakmampuan orang melihat sampah dalam hati juga bisa disebabkan oleh kesibukannya sehingga tidak mempunyai waktu untuk melihat diri dalam keheningan. Salah satu ciri budaya modern adalah sibuk. Banyak orang menganggap bahwa sebagai orang modern harus sibuk. Maka dia menenggelamkan dirinya dalam aneka kesibukan. Akibatnya mereka tidak mempunyai waktu untuk duduk dan menikmati kamar hatinya. Mereka tidak sadar bahwa isi hatinya sudah berantakan dan perlu dibenahi.

Namun kadang orang malas untuk membersihkan kamar hatinya sebab yakin bahwa besok sudah ada aneka peristiwa lagi yang dialami. Sudah ada dosa yang diletakan. Sudah ada kekecewaan, dendam dan sebagainya yang masuk dalam hidupnya dan disimpan dalam hati. Aku pun berpikir buat apa membereskan kamar kalau toh besok sudah berantakan lagi? Jika pemikiran itu terus aku gunakan, maka kamarku akan semakin penuh dan berantakan. Aku akan semakin tidak nyaman dalam kamar. Dengan membersihkan, minimal pernah ada saat dimana kamar bersih, sehingga aku bisa lega.

Pembuangan sampah dari kamar hati memang butuh keberanian. Berani membuang kesombongan, keterlekatan, kekecewaan, dan sebagainya. Ini tidak mudah, namun jika bisa melakukannya, maka orang bisa menikmati kenyamanan sebuah kamar seperti yang kualami saat ini.